Kesan Manis Asian Para Games
Asian Para Games 2018 meninggalkan kesan yang manis untuk para peserta maupun penikmatnya. Sebagai tuan rumah—dengan target masuk 7 besar—Indonesia finis di posisi ke empat dengan raihan 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu. Sebanyak 450 ribu penonton telah menyaksikan Asian Para Games yang seakan menepis kabar bahwa ajang olahraga istimewa ini sepi peminat.
Keriaan Asian Para Games 2018 di Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat.
Iba tidak muncul dari raut wajah para penikmat di bangku penonton. Timbul perasaan kagum dan bangga karena justru penonton yang merasa memiliki ketidakmampuan ketimbang atlet-atlet yang sedang berlaga di arena.
Ada haru di cabang olahraga para-swimming berlangsung. Perenang dari Kazakhstan menerima maskot tanpa kedua tangannya dan perenang lain membantu memegangi maskot tersebut. Tidak memandang mereka berasal dari Negara mana, apa warna bendera mereka, yang mereka inginkan hanya melakukan selebrasi seperti lawan lainnya.
Sapto Yogo Pratomo(kanan)
Penonton juga dibuat iri sekaligus kagum saat Sapto Yogo Pratomo, yang hidup dengan cerebral palsy, lengan dan jari di tangan kanan tak bisa lurus, juga kaki yang timpang, namun mampu berlari dengan cepat dan mendulang dua emas di nomor lari 100 meter dan 200 meter.
Peristiwa tersebut merupakan sedikit dari sekian banyak hal mengharukan yang terjadi di Asian Para Games. Meski telah usai harapan lebih besar diutarakan Majid Rashed, Presiden Asia Paralympic Committee (APC) sebelum penutupan Asian Para Games. Bukan hanya soal kenangan, namun ekspektasi agar Indonesia menjadi bangsa yang tidak mengabaikan disabilitas. "Setelah kompetisi ini, kami berharap Indonesia dan Jakarta tetap menjadi lingkungan yang ramah bagi penyandang disabilitas di sini. Inilah warisan terbesar dari Asian Para Games bagi Indonesia," dia menegaskan.
Trotoar & Jalan Masuk di kawasan GBK dengan paving blok yang dilengkapi Difable Block(kuning) produksi Conbloc Internusa
Mendengar hal itu PT Conbloc Internusa turut bangga karena andilnya terhadap pembangunan lingkungan Jakarta—khususnya wilayah Gelora Bung Karno serta venue-venue yang dijadikan tempat berlangsungnya Asian Games dan Para Games—yang ramah bagi penyandang disabilitas.
Berita Terkait: